Lembaga pendidikan Islam Ala Ahlus Sunnah wal Jama'ah dibawah naungan LP Ma'arif Nahdlatul Ulama'

Kamis, 26 Mei 2011

Pentingnya bersyukur

Pentingnya bersyukur
materi lomba MAPSI
(oleh Rifaudin Ahmad, S. Pd.i)
أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
أَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الَّرجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ . اْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ . وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْن . وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن .
وقال تعالى فى كتابه الكريم : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم .  وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ اْليَقِيْنُ .
وقال أيضا : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم . لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ.( الاية, امابعد )
Bapak/Ibu saudara-saudara yang dmulyakan Allah SWT.
Allah SWT menciptakan manusia dengan dibekali banyak sekali kenikmatan. Kenikmatan yang amat banyak amat banyak ini menyebabkan kita tidak akan mampu untuk sekedar menghitungnya, atau bahkan kabenyakan kita sering melupakannya. Hal ini tidak-lah mengherankan, sebab memang Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa jikalau kilian ingin menyebutkan berapakah banyaknya jumlah nikmat Allah yang telah diberikan-NYA kepada kalian? Maka sekali-kali kalian tidak akan mampu menyebutkan nikmat-nikmat Allah tersebut.
وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لَاتُحْصُوْهَا
Namun meski kita tidak akan mampu menghitung kenikmatan-kenikmatan Allah, kita tetap diperintah untuk selalu mengangan-angan apakan setiap kenikmatan yang merupakan amanah Allah yang harus kita tunaikan haknya tersebut telah kita distribusikan kepada amal-amal kebaikan ataukah belum. Sebab tidak lain dari setiap amanah Allah berupa kenikmatan yang bisa kita rasakan setiap saatnya, selain kelak akan dimintai pertanggungjawabanya atas nikmat-nikmat tersebut. Lalu sudah siapkah kita?
Hadirin semua yang dimulyakan Allah SWT.
Yang pasti atas dasar firman Allah SWT telah dikatakan bahwa barang siapa yang pandai mensyukuri kenikmatan yang diberikan Allah, maka tentu akan dilipat gandakan dengan kenikmatan-kenikmatan yang lebih banyak. Di sisi lain, barang siapa yang ketika diberikan kenikmatan tidak mau mensyukuri atau bahkan menggunakannya untuk berbuat maksiyat maka tiada lain yang akan diterima orang tersebut kecuali siksaan dari-NYA yang amat pedih. Na’uudzubillah min dzaalik. Inilah makna yang terkandung dalam firman Allah :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم . لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ.
Jikalau kalian bersyukur atas nikmat-KU (Allah), maka sungguh akan aku tambahi kenikmatan yang telah kubari padamu. Dan jikalau kalian mengkufuri nikmat-KU, maka sesungguhnya adzabku sangatlah pedih”.
Hadirin semua yang dimulyakan Allah SWT.
Mata, sebagai sumber pertama dan utama kita mengenal segala macam bentuk dunia dan isinya, merupakan sumber kenikmatan yang akan mampu mengundang kenikmatan-kenikmatan lain manakala digunakan dengan baik oleh kita yang dititipi amanah mata tersebut. Namun kebanyakan dari kita justeru lebih sering menggukan mata untuk melihat televisi daripada melihat Al-qur’an. Betul apa bener?
Telinga, sebagai indera pendengaran kita. lebih banyak mana antara kita gunakan untuk mendengarkan pengajian dengan mendengarkannya untuk menderang lagu-lagu kesukaan kita?
Selanjutnya Mulut. Sungguh nikmat orang yang bisa berbicara, namun sedikit orang yang bisa menikmati omongan-omongan mereka. Coba kalau kita berpikir tentang kematian, dimana mulut yang aslinya bisa diucap kesana kemari dipaksa harus berhenti. Atau lihatlah mereka yang tidak dikaruniai lidah sehingga mereka tidak bisa berbicara dengan baik. Andai nikmat kita berkurang karena terlahir sebagai orang cadal, betapa sulitnya untuk mengucap huruf R. Untuk mengucap kalimat “Uler melingker, orang meringkel akan berubah ulel melingkel orang melingkel”.^_^
Atau kalimat lor rel kidul rel akan berubah jadi lolel kidulel”.
Sekilas mungkin terlihat lucu dan aneh jika kita melihat mereka yang cadal. Namun merekapun dipaksa harus menerima kehendak Allah tersebut dengan kesabaran. Astaghfirullahal adhiim. Ingatlah, bahwa mulut itu lebih tajam dari pada pisau. Jika dengan pisau kita dapat mengiris-iris berbagai macam bumbu dapur, atau memotong apapun yang kita inginkan. Namun dengan mulut, kita bahkan dapat mengiris-iris perasaan seseorang. Padahal hati yang sakit akan lebih sulit diobati daripada sakitnya jasad kita.
Hadirin semua yang dimulyakan Allah SWT.
Diceritakan dalam sebuah dongeng bahwa suatu ketika ada seekor kancil yang suka bergurau. Dengan suara yang keras dan merintih-rintih sang kancil berteriak seolah-olah ketakutan. “To...lo...ng...., too..... loo..... ng...., tuwwwoooooo......lllloooooo......nnggggg....... ada harimaa....uu....”. dengan kagetnya, para warga yang sedang sibuk beraktifitas-pun akhirnya berdatangan. Meninggalkan aktifitas mereka membawa berbagai alat yang bisa digunakan untuk menolong sang kancil. Namun apa yang warga dapati ketika bertemu dengan sang kancil???. Kancil yang tak tahu diri itu justeru tertawa terbahak-bahak dengan puasnya, karena merasa telah berhasil mengerjai warga desa. Akhirnya banyak para warga yang mengumpat dan marah serta sakit hati karena merasa dipermainkan oleh sang kancil. Pada hari berikutnya, sang kancil yang berlari tergopoh-gopong, poyang payingan, berlari dengan sekencang-kencangnya menuju pemukiman warga desa, meminta tolong dengan sisa suara dan tenaganya. Karena memang saat itu ia benar-benar sedang dikejar kawanan harimau. “Tooo........llllllloooooo..........nnggggg......, ada kawanan harimau mengejarku. Tolong selamatkan aku. Tttooooolllllooooongggg...., aku tak ingin dimakan kawanan mereka.... wahai para warga, tolonglah aku. Selamatkanlah aku”. Suara rintihan dan jeritan sang kancil yang satu persatu bagian tubuhnya dicabik-cabik kawanan harimau terdengar hingga ke pemukiman warga. Sementara itu para warga yang sedang beraktifitas-pun tetap menerurkan kegiatan mereka karena menyangka pastilah si kancil berusaha mereka lagi. Hingga akhirnya sang kancil-pun harus menghembuskan nafas terakhirnya mati sebagai santapan para harimau itu.
Hadirin semua yang dimulyakan Allah SWT.
Walau hanya sekedar dongeng, namun cerit ini mengajarkan kepada kita untuk tidak suka mempermainkan perasaan orang lain. Karena sesungguhnya mereka yang gemar mempermainkan perasaan orang lain adalah termasuk golongan orang yang tidak bisa mensyukuri nikmat Allah SWT. Jika kita tidak menggunakan nikmat bicara dengan menggukannya untuk berkata yang baik atau mungkin sering digunakan untuk melukai perasaan orang lain, maka pastilah mulut ini akan menjadi sumber malapetaka bahkan terkadang bisa menjadi penyebab hilangnya nyawa kita. Na’udzubillah, tsumma na’uudzubillah min dzaalik.
Rasulullah SAW pernah memperingatkan kita untuk menjaga perkataan dengan senantiasa mengucapkan kebaikan. Dalam hadisnya diterangkan :
مَنْ كَانَ يُؤْ مِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْلِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari qiyamat, maka sebaiknya ia mengucap kebaikan atau kalo tidak bisa berkata baik maka sebaiknya ia diam.”
Hadirin semua yang dimulyakan Allah SWT.
Akhirnya, semoga kita bukan termasuk orang-orang yang suka kufur terhadap nikmat Allah SWT supaya kita tidak mendapat siksanya. Dan semoga kita termasuk golongan ahli syukur orang yang pandai berterimakasih atas bermacam-macam kenikmatan yang kita terima dari Allah SWT. Amin Allohumma Amiin.
Akhirul kalam, wallohul muwaafiq ilaa awqwaamit thoriiq.
Wal 'afwu minkum wassalaamu'alaikum wr.wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERIKAN KOMENTAR ANDA UNTUK KEMAJUAN INSTANSI KAMI, TERIMA KASIH